Taman Makam Pahlawan, Sejarah, dan Generasi Milenial
Resume
Penulis: Faiz Marzuki (Peserta Dikaltim IV Angkatan XXVII Tahun 2019 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)
Untuk mengingat nilai-nilai kepahlawanan kami Peserta Dikaltim IV Angkatan XXVII Tahun 2019 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendatangi taman makam pahlawan yang ada di Pangkalpinang. Walaupun taman makam pahlawan terletak cukup strategis di dekat jalan raya namun mengunjungi taman makam pahlawan merupakan pertama kalinya bagi penulis yang sebelumnya tak pernah sengaja untuk datang ke taman makam pahlawan ini.
Saat menginjakkan kaki ke dalam area makan penulis langsung terngiang kalimat " Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau dan mampu menghargai sejarah perjuangan para pendahulunya" Dalam konteks ini, sudahkah kita sebagai bangsa yang besar? Benarkah kita sebagai bangsa indonesia menghargai para pahlawan yang telah mengorbankan dirinya untuk kepentingan masyarakat indonesia?
Pertanyaan ini membuat kita ragu, apakah kita sudah termasuk bangsa yang menghargai sejarah perjuangan pahlawan sendiri. Apakah generasi penerus juga dapat mengerti sejarah dan menghargai para pahlawan?
Menurut Waist, (1967) pembelejaran sejaragh adalah suatu proses untuk membantu mengembangkan potensi dan. Kepribadiam melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang arif dam bermartabat. Sejarah dalam hal ini merupakan totalitas dari aktivitas manusia dimasa lampau dan sifatnya dinamis.
Karena itu sejarah dapat diartikan sebagai ilmu yang meneliti dan mengkaji secara sistematis dari keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lampau dengan segala aspek kejadiannya, untuk kemudian dapat memberi kan penilaian sebagai pedoman penentuan keadaan sekarang, serta cermin untuk masa yang akan datang.
Sejarah akan mendidik manusia untuk memahami dan ke beradaan dirinya (Soedjatmoko, 1986) sehingga dapat memperkuat identitas diri dan identitas nasional, atau identitas sebagai suatu bangsa. Belajar sejarah di samping berdampak pada aspek kognitif dan dimensi afektif menempati porsi yang cukup penting dalam pembela jaran sejarah. Pendidikan kita cenderung intelektualistik dan lebih banyak bersifat kognitif mungkin berakibat rendahnya minat generasi kita dalam ketertarikan pada hal-hal sejarah.
Begitu juga dalam pembelajar an sejarah lebih banyak hafalan dan bersifat kognitif. Akibatnya, pembelajaran sejarah tidak mampu menjangkau kepada aspek-aspek moralitas, me nyangkut kecerdasan emosional apalagi spiritual. Pembelajaran sejarah kita masih jarang yang mampu memasuki ranah afektif, seperti sikap arif, menumbuhkan semangat kebangsaan, bangga terhadap bangsa dan negerinya, apalagi sampai memahami hakikat dirinya sebagai mani festasi kesadaran sejarah yang paling tinggi, sehingga memun culkan sikap dan tindakan sebagaimana dicontohkan oleh para pejuang dan pahlawan kita.
Taman Makam Pahlawan Pawitralaya Pangkalpinang adalah saksi sejarah yang dapat dipetik nilai-nilai kepahlawa nannya sekaligus objek pem belajaran penting sejarah yang ada di Kepulauan Bangka Belitung.Kita tentu pantas khawatir seandainya generasi kita ke depan menjadi generasi yang buta akan sejarah bangsanya sendiri dan lebih mengenal tokoh-tokoh artis/selebritis yang terkadang perilakunya tidak pantas ditiru.
Dibutuhkan upaya kreatif mengingat sejarah bukan semata mata pelajaran yang harus ada namun juga adanya pelajaran sejarah merupakan salah satu cara mewariskan nilai-nilai kejuangan para pendahulu kita. Tujuanya adalah agar generasi kita lebih berkarakter dan paham mengenai jati diri bangsa. Kita harus punya upaya-upaya kreatif agar mata ajaran sejarah dapat diminati oleh generasi milenial yang tumbuh di tengah-tengah arus informasi dan teknologi yang cepat.
Komentar
Posting Komentar